Pages

AKHIRNYA DATANG JUGA SAAT ITU

Saya kesepian. Sungguh kesepian. Kesepian karena teman tidur saya selama lebih dari dua tahun sekarang sudah mulai menjauh. Menjauhi saya dengan sukarela, tanpa setitik air matapun.
Duh, semoga gak salah mengira nih. Maksud saya kekei anak saya satu-satunya dan cinta pertama dan terakhir saya itu. Tiga hari ini dia oke-oke aja tuh bobo sama omanya, sedihnya lagi dia nggak pake nangis dulu kalo saya tinggal pulang. Malah semalam dia yang minta sendiri supaya saya pulang, bobo sama auntynya, dan dia mau bobonya sama oma. Hiks hiks.. sedihnya nggak ketulungan. Kalo terbangun malam atau sebelum subuh, pasti saya sempetin buat sekedar meluk cium bayi besar saya itu, sekarang yang ada Cuma dua bantal dan satu guling dan remote tv, hiks.

Namun, seharusnya memang sebelum umur Kei dua tahun saya udah harus memisahkan tidur saya dari dia sebenenya, secara kei kan masih mimik sama saya. Yang susahnya lagi, dulu itu dia hanya mau tidur sama saya. Titik. Gak perlu ada mainan ataupun susu botol, yang penting saya aja di sebelahnya.

Ternyata saat itu datang juga. Saat-saat dimana anak saya perlahan punya dunianya sendiri. Sekarang aja sepinya udah kaya begini, gimana nanti pas kei sudah mulai masuk SD apalagi masuk pra-ABG (labil), hehehe. Dia bakal lebih memilih untuk hang out dan ngobrol sama temen2nya, dia lebih pilih nonton tv daripada jalan2 sama saya, dia akan mulai ‘kesal’ sama saya kalo diomelin. Ah, memang fase seorang perempuan kaya begitu.  Saat kei menikah nanti dia pasti bakal jauh dari saya, ketakutan seorang ibu klimaksnya mungkin di titik tersebut.

Saya pun pernah di tahap itu, pernah membenci nyokap karena dilarang pergi malem, ngambek mengurung diri di kamar akibat diomelin, dan masih banyak blablabla lain. Jujur ya nih, seorang wanita akan lebih menghargai ibunya saat dia sendiri menjadi seorang ibu.  Dia pelan'' mengerti bahwa jadi ibu itu nggak gampang, saking sayangnya semua dikasih deh ke anak, tapi ada saat ibu harus berani ‘dibenci’ anak saat dia menetapkan aturan2 tertentu untuk anak perempuannya,  kadang seorang ibu harus menahan emosinya agar ngga nangis depan anak supaya terlihat kalo benteng pertahanannya masih kokoh. 

Saya bangga sama mama saya, dia bisa mengurus 3 anak tanpa suami, dan masih bertahan sampai detik ini. Mama saya bukan tipe cengeng yang menyerah pada keadaan dan menyesali masa lalu. Hidup harus dijalani, anak wajib diberi makan dan disekolahkan, Tuhan ngga memberi cobaan yang lebih berat dari kemampuan umatnya.


Doa Ayah dan Ibu untuk anak-anaknya adalah doa yang didengar, begitupun sebaliknya. Semoga Kei bisa menjadi anak sholeha yang nantinya dapat mendoakan orang-orang tercintanya saat kami sudah tak ada, amin.

No comments:

Post a Comment