Assalamualaikum semuanya..
Tadi sempet nonton berita sore di TV, dan saya rada bingung tentang rencana Pemprov DKI untuk menghentikan pertunjukan topeng monyet di kota ini.
Dalam hati saya mikir kenapa juga harus menutup mata pencaharian rakyat kecil? Kan ngga merugikan juga toh, tanpa pakai kendaraan jadi ngga menyebabkan polusi.
Beruntungnya saya, beritanya lumayan lengkap jadi saya berubah pikiran di akhir acara.
Dari jaman saya SD di Grogol dulu, nonton topeng monyet itu seakan tontonan harian, dan biasanya anak'' kecil berserta emak babenya langsung keluar rumah untuk nonton si monyet beraksi. Bedanya itu, kalo dulu setelah aksi bintang utamanya, dilanjutkan dengan mempertontonkan ular yang disimpan di bagian belakang tas kayu si abang'' itu.
Ntar ularnya dilingkari di leher atau dibiarkan meliuk'' di jalanan beraspal, tentu aja diawasi ya.
Jadi tontonannya bukan cuma si monyet.
Kalo sekarang ngga ada lagi aksi ularnya, mungkin karena mahal atau biaya akan lebih tinggi untuk menyewa ularnya. Entahlah.
Dari dulu sampe sekarang ngga berubah itu kalau nonton aksi topeng monyet, walaupun cuma sebentar tetep aja menghibur. Kita sebagai penonton sih nggak pernah kepikiran kok bisa ya si monyet begitu lincahnya main gendang, naik motor kayu, jalan dengan dua kaki sambil membawa payung, atau lompat sana sini mengikuti perintah si pemiliknya.
Ehhh ternyata, baru tahunya saya kalo ternyata untuk mencapai fase seperti diatas itu, si monyet perlu dilatih berat dan tersiksa. Leher si monyet dirantai lalu ditarik ke atas supaya dia mampu mengangkat dirinya sendiri hanya dengan dua kaki layaknya manusia. Belum lagi, dia kadang harus membungkuk untuk menopang sebuah batang kayu yang saya ngga tahu berapa beratnya agar dia bisa melakukan trik lainnya.
Seringnya kita pastinya sekedar memberi seribu dua ribu rupiah buat si pemilik monyet itu, mau ngga ngasih kita kasihan, itu kan cara mencari nafkah si abang'', mau ngga ngasih kok kita pelit sekali. Namun, sekarang setelah lihat video tentang pelatihan monyet tersebut kita seakan mengiyakan eksploitasi monyet demi keuntungan si pemilik.
Sebenarnya sudah ada regulasi mengenai eksploitasi hewan di negara kita (UU Peternakan &Kesehatan Hewan yang baru disahkan; UU 16/2009 pasal 66 dan pasal 67), sayangnya belum ada sanksi hukum untuk para pelanggarnya.
Alasan Pemprov DKI meng-ilegalkan pertunjukan topeng monyet bukan cuma terkait dengan monyet sebagai objek eksploitasi, tapi juga tentang kemungkinan penyebaran penyakit oleh si monyet itu. Seperti yang kita tahu, monyet, anjing, kucing adalah beberapa jenis binatang yang mampu menularkan virus rabies dengan mudah.
Omong'' tentang rabies, saya mengerti kenapa Allah mengharamkan umatnya untuk terkena air liur anjing apalagi sampe memeliharanya di rumah kita (bukan sebagai pemburu), namun mohon tidak menyalah-artikan ini, Islam tidak membenci anjing; kami hanya dilarang menjadikannya binatang peliharaan. Jika kami terkena liurnya, kami harus mencuci bekasnya dengan amat bersih. klik disini untuk lebih jelasnya :)
Saya sempat lihat beberapa video para penderita rabies yang hanya menunggu ajal. Tangan dan kaki mereka diikat, dan mulutnya mengeluarkan liur atau lidahnya sengaja mereka julurkan. Ada juga yang mencoba melompat lari dari jendela atau tiba'' tertawa bahagia. Menyedihkan sekali, dan yang pasti mereka ngga bisa sembuh karena virusnya sudah mencapai otak.
Balik ke rencana Pak Jokowi nih, saya mah setuju saja yang penting Jakarta makin tertib, bersih, aman, dan nyaman :]
Tmelania
No comments:
Post a Comment