Punya anak. Sederhana kayaknya, tinggal suka sama suka / malahan kadang one night stand juga bisa banget, “bercampur”, mengandung, melahirkan, punya anak.
Jauh dari kata sederhana. Punya anak itu amanah, titipan, perjanjian.
Kita dititipi uang untuk beli garam sama sayur sama nyokap aja termasuk amanah, gimana memiliki anak. Amanah dari Tuhan. Perjanjiannya apa sama Dia? Bahwa kita mampu menjadikan anak kita itu “baik”. Baik dalam arti, akhlaknya, tingkah lakunya, kata-kata yang keluar dari mulutnya, cara dia berhubungan dengan manusia-manusia lain, dan yang paling krusial, cara dia berhubungan dengan Dia; Tuhannya. Dalam kepercayaan saya, saat anak kita masuk usia 7 tahun, dia sudah wajib diajarkan Shalat, mengerjakan shalat. Kenapa shalat dulu? Karena shalat ini dalam Islam merupakan pilar agama, tiangnya, dan hal pertama yang akan diperiksa saat kita meninggal nanti. Hal pertama yang dihisab di alam barzakh nanti.
Mempunyai anak juga berarti biaya. Ada salah satu celebrity Hollywood menegaskan, “Saya tidak akan punya anak, karena memiliki anak berarti sebuah beban yang ditimpakan kepada kita secara sukarela tanpa hentinya.” Itu yang dia bilang. Miris. Seorang perempuan yang biasanya kepingin banget manja-manjain anaknya sendiri justru menolak mentah-mentah punya keturunan. Ada juga yang pernah bilang bahwa dia tak akan menikah dan punya anak, karena memiliki anak bakal merubah bentuk tubuhnya dan dia bisa kehilangan pekerjaannya karena itu. Astaghfirullah. Kejamnya.
Memiliki anak itu (untuk saya) mengajarkan keikhlasan. Keikhlasan untuk tidak meledak hanya karena kesalahan kecil yang diperbuat anak, keikhlasan untuk bekerja penuh waktu tanpa minta bayaran sepeserpun kecuali pelukan dan ciuman, keikhlasan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan hal-hal yang dulunya jadi kesukaan kita karena tidak baik untuk perkembangan anak (misal: merokok, minum soda, naik motor jadi naik taksi, bangun pagi untuk bikin bekal anak ke sekolah, dll). Saat kita ikhlas ngerjain sesuatu, ada rasa ser-seran gitu di perut. Yakin kalo hal baik yang kita kerjakan bakal berbuah manis pula.
Memiliki anak juga mengajarkan kita untuk pantang menyerah. Mamah Dede pernah ngomong, “Sebagai orangtua, kerja apapun asalkan halal demi kelangsungan hidup anak-anak kita itu pasti diberkahi.” Walaupun sebenernya banyak orangtua yang sekarang dengan sadarnya menelantarkan anaknya begitu aja.
Inget, contoh / role model(s) pertama yang dilihat anak kita ya kita sendiri.
Saat kita, sebagai orangtua, menyaksikan anak kita tumbuh besar, anak kitapun sesungguhnya sedang memperhatikan apa yang kita lakukan untuk mengisi hidup kita.
Anak-anak kita nggak bodoh, mereka peniru ulung. Mereka lebih peduli pada perbuatan daripada perkataan. No Action Talk Only sih ngga akan tersimpan di memori anak.
Anak itu suci, murni, tidak bercela. Bayi baru lahir itu bagaikan kertas putih. Tergantung penulis (orangtua)nya yang akan menggoreskan tinta (isi) kehidupannya di masa-masa awal pertumbuhannya.
Bagaimana anak kita mau hormat dengan orangtuanya kalo orangtuanya sendiri tidak menghargai mereka. Mereka, walaupun anak-anak, punya hak. Hak untuk diperhatikan, dinafkahi, dididik, diajari dan dibimbing rohaninya (agamanya), diberitahu mana yang salah maupun benar dan alasannya.
Punya anak bukan tentang ML, hamil, melahirkan, beli susu, trus dilepas begitu aja.
Balik lagi ke kewajiban orangtua nih, pada dasarnya pasti banyak orang tua tahu.
1. Anak wajib diberi nama yang baik. Nama itu adalah doa. Nama anak saya Khanzalica Aprilia. Khanza = Perempuan, Alica = Baik, Aprilia = lahir di bulan April. Insya Allah anak saya akan jadi perempuan baik dan mulia di mata Tuhannya. Itu doa saya. Sepele kedengerannya, tapi penting.
2. Anak wajib disusui, setidaknya 6 bulan pertama. Ini ga perlu saya jelaskan lagi sebabnya kali ya. Karena di Al Qur’an pun diperintahkan, dan nutrisi ASI jauh lebih cocok dan bagus untuk anak. Sempurna.
3. Anak wajib dinafkahi. Orangtua tidak lepas dari tuntutan mencukupi kebutuhan dasar anak dan juga kebutuhan tambahannya. Seorang ayang wajib mengusahakan nafkah bagi anak dan keluarganya. Seorang ibu wajib mengasuh anak dan mengatur rumah tangganya. Seorang ayah tidak boleh berlaku kikir terhadap keluarganya. Berlakulah secara mulia namun tidak berlebihan, itu yang lebih baik.
4. Anak wajib diperlakukan dengan kasih sayang dan kelembutan, terutama di 7 tahun pertama kehidupannya.
Orangtua yang mau mendidik anak-anaknya menjadi anak yang berbakti kepada orangtuanya akan mendapat rahmat Tuhannya. Perlu diingat banget bahwa perilaku orangtua akan terpantul pada kelakuan anak-anaknya. Jika orangtua memperlakukan anak-anak dengan baik dalam menurut ajaraN agama, maka dia akan menjadi anak berbakti. Namun, jika orangtua salah dalam mendidik anak-anaknya, janganlah berharap bahwa anak-anak akan berbakti kepadanya.
Allah mengajarkan umat Islam bahwa untuk berlaku penuh kasih sayang dan lemah lembut terhadap anak dengan cara tidak mudah marah dan gemar memaafkan kekeliruan anak-anaknya. (QS. Ali Imran ayat 134).
5. Anak wajib dibekali rohaninya. (dalam Islam, diajarkan shalat, Al Quran, dan dikenalkan Sunatullah Rasul).
Ingat ibu'' bapak'', walaupun kita sebagai orangtua selalu mengerjakan shalat wajib, ditambah shalat sunah, baca Al Qur'an, dan rajin beramal dan bergaul dengan tetangga, saat di hari penentuan di depan Allah nanti, anak kita akan menjawab pada Tuhannya bahwa dia tidak pernah dibimbing akhlak dan moralnya oleh orangtuanya sendiri. Da bisa saja, anak kita yang tidak beriman itu menarik kita ikut masuk ke lembah Jahanam bersamanya. Naudzubillah..
6. Tidak mengurangi hak-hak anak. Orangtua wajib memenuhi kebutuhan materi dan rohani anak, jika tidak berarti dia sudah durhaka kepada anak-anaknya.
Rasulullah bersabda, “Seseorang telah cukup dikatakan berbuat dosa bila ia menyia-nyiakan orang-orang yang menjadi tanggungan makan dan minumnya.” (HR. Abu Dawud)
7. Mendidik akhlaknya.
Orangtua wajib mendidik anak dalam hal akhlaknya, bukan dengan memakai waktu khusus. Kita kan bisa memberi contoh, anak kan peniru hebat. Misalnya, mau masuk rumah harus salam dan ketuk pintu dulu, pamit kepada orangtua/penghuni rumah kalo mao pergi, membaca doa sebelum makan atau tidur, cuci kaki sebelum tidur, cuci tangan sebelum makan, berbicara jujur, menjauhkan diri dari kata-kata kotor, mengajarkan anak tentang apa yang boleh dan apa yang dilarang dan harus konsisten dengan ini.
8. Orangtua wajib memenuhi janji pada anak-anaknya.
Saat anak kita nakal, biasanya orangtua akan membujuk anak. Nah, berusahalah agar bujukan kita tidak mengarah ke kebohongan. Kita mestinya berlaku terus terang dan bersikap jujur. Untuk anak-anak dewasa apalagi, mereka tahu banget kalo orangtuanya bohong deh, memalukan kan saat kita seharusnya jadi contoh.
9. Menghormati anak.
Gimana sih menghormati anak, kita bisa kok menghormati anak dengan kembali mendidik akhlaknya. Contoh, Gak Menggunjing, Gak Mengumpat, Gak Memaki, Gak Memperolok, Gak Membuka Aib, Gak Membandingkan. Perhatiin dan dengerin deh, banyak diantara kita yang sering memanggil anak dengan sebutan Ndut atau Pesek atau Si Jelek. Ada juga yang ngomongin anaknya si A dengan si B lalu ngomongin si B dengan si A, mengadu domba dong.
10. Orangtua wajib mengajarkan anak untuk tidak bermewah-mewah.
Hidup bermewah-mewah dapat menjadikan kita lupa akan Sang Pencipta. Semuanya dinilai dengan materi, uang, tapi rohaninya tumpul. Miris.
11. Orangtua wajib memperhatikan teman-teman anaknya.
Bergaullah dengan orang-orang baik dan shaleh agar kamu jadi orang baik dan shaleh. Janganlah bergaul dengan mereka pembuat dosa dan kedurhakaan karena bukan ngga mungkin kita bisa terseret ke jurang yang sama. Saya pribadi pernah berada di posisi memilih, mo bergaul sama anak-anak gaul dan populer, sempet nyoba merokok dan hang out dengan mereka, tapi di hati kok ga sreg ya. Ga cocok sm hati saya. Hehehee, pernah juga karna keadaan saya jadi ngga beribadah hanya karena rasa gak enak, tanggung, atau ah Cuma satu dua kali ngga solat kok. Lagi lagi, ga sesuai bener sm kata hati.
12. Mencegah pergaulan bebas.
Bersahabat dengan anak otomatis kita jadi deket sama mereka, dan banyak habiskan waktu bareng-bareng. Lebih baik mencegah toh daripada menyesal belakangan. Sekarang sepertinya banyak kelumrahan lingkungan yang dianggap biasa, kembali lagi ke perhatian orangtua terhadap pergaulan anaknya, biasanya dari pergaulan dan orang sekitar mereka akan terjerumus ke hal-hal yang salah.
Semoga kita bisa terus dibimbing oleh Sang Pemilik Kerajaan Dunia dan Akhirat, Yang Maha Awal dan Akhir agar kita bisa menjadi para orangtua yang bisa menjadi contoh untuk anak-anak kita sendiri.
Pahala yang diberikan Allah untuk kita yang berhasil menjaga amanah (anak) dengan baik amatlah besar. Amin.