Morning. pagi semuanya.
Rajin ya saya jam segini udah mulai nge-blog, lagi giatnya bayar utang puasa yang buanyak banget itu.Soalnya 3 tahun berturut-turut saya gak puasa, pertama karena hamil, kedua dan ketiga karena menyusui. Daaaan, sampai saat ini pun bocah putri saya itu masih minta kalo mau tidur malem. Alhamdulillah memang masih memproduksi sih, tapi kan bisa ribet juga karena kei maunya cuma tidur sama saya :p
Puasa itu kan hutang, toh hutang sama sesama manusia aja kita harus lunasi (saat meninggal kita masih punya hutang, roh kita terkatung-katung).. apalagi hutang sama Sang Pencipta, jauh lebih penting ;-)
Pagi ini saya terpikir untuk ah curhat dikit tentang perasaan saya saat ini, beberapa waktu inilah. Terlebih setelah proses penyakit hati berbulan lalu itu.
Maret awalnya, hanya karena akumulasi tumpukan isi kepala yang gak tercurahkan, akhirnya saya meledak juga. Saya memberanikan diri untuk ambil satu sikap.
Semakin kesini saat itu, kok semakin ruwet ya. Mulailah saya ikstikharah sama Allah, minta dipilihkan jalan yang mana yang harus saya ambil. Karena saya gak mau status pernikahan yang ga jelas dan ga kelar-kelar saat itu.
Buat saya, masalah hati itu bisa dinomerduainlah, saya lebih peduli realitas. Apakah anak saya terurus atau tdak terurus. Yang ada di otak saya cuma, gak bisa hidup cuma makan cinta dan bermodal kasih sayang. Toh makan di McD aja gak bisa kita bayar pakai pelukan ciuman, toh bayar iuran sekolah gak bisa pakai cipika cipiki. Jadi saya cuma berpikir rasional aja. Selain itu.. akumulasi hal-hal lain mungkin juga ikut andil yah.
Proses awal Juni, 9 Juli kelar. 2x pertemuan dengan 3 orang Bapak-bapak Hakim. Hanya dua kali sidang. Semuanya terlihat dan terasa dimudahkan plus dengan biaya yang sedikit. Gak nyangka. Saat keluar dari ruangan itu, saya mau nangis, antara bahagia dan lega. Kelar oh kelar.
Semalam saya baru dikirimi berita bahwa akta cerainya pun sudah bisa diambil. Nah sisanya tinggal ngurus tetek bengek lain. Ganti status secara tertulis maksudnya, hehehe..
Jangan kira proses dalem hati saya itu semulus cerita diatas.
Setiap malam, doa saya hanya berkisar itu dan anak. Selama saya masih bisa diberi jalan untuk mampu menafkahi dan menghidupi anak saya, itu cukup. Saya juga berdoa supaya mereka yang dengan senang hatinya menyakiti orang lain, semoga Allah memberi ganjaran itu aja. Dan dalam hati saya yakin, karena di Al Quran juga tertulis bahwa lelaki baik untuk wanita baik, lelaki tidak baik juga untuk perempuan tidak baik.
Insya Allah saya termasuk wanita baik.
Terus, proses tangis menangisi diri sendiri ada jugalah, mungkin sebulan pertama. Setelahnya, toh udah selesai, untuk apa disesali. Saya pernah baca, jangan pernah memposisikan diri kita sebagai korban saat kita melalui proses perceraian, karena kita bakal terus menangis tersendu. Dan saya ngga mau kaya gitu. Ikan di laut saja gak habis-habis. Allah pun menciptakan setiap makhluk dengan pasangannya masing masing, jadi saya yakin bahwa masih ada jodoh saya yang baik diluar sana. Yang rajin ibadah dan tulus sayang sm Kei dan bisa jadi imam untuk kami berdua, mungkin bertiga nantinya, amin.
Proses kedua. Saya ikhlas. Maafkan mantan. Intinya, kami berdua pasti punya banyak salah. Memang gak cocok dan ga jodoh. Bagaikan minyak dan air. Saya tipe kutu buku anak rumahan, dia bukan. Terlalu banyak hal yang dipaksakan. Saya konservatif sekali. Yang saya tau sebagai salah ya salah. Dimata saya gak ada abu-abu, yang ada hanya hitam atau putih. Yang saya tau sebagai haram ya haram, ga bisa jadi halal.
Sesungguhnya, saat kita sudah ikhlas memaafkan mantan kita juga memaafkan diri kita sendiri. Lega dan plong.
Lalu yang ketiga, berusaha sejauh mungkin dari akun-akun sosial media mantan suami dan keluarganya. Saya gak mau lagi terhubung dan teringat sama mereka. Saat mereka inget sama anak saya, saya baru akan welcome. Kalo ngga, saya ngga maksa. Semakin kita mau tau tentang mantan, nanti ada perasaan gak rela atau marah. Apalagi kalo itu mantan udah punya pasangan baru, yang ada malah membandingkan diri sendiri lagi. Balik ke beberapa poin diatas, wanita baik untuk lelaki baik. Trus, saya inget satu hal, saat kita tidak bahagia dengan hidup kita, BUKAN berarti kita berhak merampas kebahagiaan orang lain.
Terus semua kenangan dibuang atau dijual. Foto-foto yang ada sudah habis saya buang. Framenya dipakai ulang untuk naro foto atau gambar lain. Gak penting menyisakan sedikit ruang untuk masa lalu kan ya? :-)
Saya banyak sekali baca buku selama 6 bulan ini, yang simple simple aja. Favorit saya, Berjalan diatas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa-nya Hanum Rais. To be honest, buku-buku ini salah satu sumber hidayah saya untuk memperbaiki diri. Andai aja bisa ketemu mbak Hanum, dan andai aja saya bisa ke Eropa, semoga amin amin...
Dan saya berusaha untuk tetap sibuk. Kei udah pasti bikin sibuk, dan saat ini lagi ada ponakan saya baby Naresh yang cantik banget dititipin ke mama, karena baby sitternya belom balik. Nah ini bikin makin sibuk.
Trus banyakin ibadah deh, solat wajib tambah yang sunnah sunnah. Yang sunnah itu kan nutupin dosa ecek-ecek kita.. Kalo yang wajib, wajib namanya. Ga bisa diganti pake solat sunnah sebanyak apapun.
Karena apa? karena saya, karena kita gak tau kapan kematian menjemput kita. Yang pertama dihisab itu Solat kita. Kalau solat kita bagus, yang lain ga diperiksa lagi. Solat itu pilar, tiangnya. Kalo solatnya ngga, itu tiang kita makin lama makin miring terus miring kaya menara Pisa teruuuus roboh deh. Jangan sampe... Kenapa banyakin solat? Karena manusia punya kecenderungan untuk berdoa dan meminta kepada Yang Maha Tahu, dengan penuh keyakinan tentunya agar doanya dikabulkan. Allah adalah pendengar terbaik. Dan penyimpan rahasia terbaik. Dia mendengar doa kita, dan Dia juga melapangkan dada kita dan mengangkat beban dan kegelisahan kita saat berdoa. Selama kita hanya bergantung pada-Nya, kita ngga akan dikecewakan, lain dengan manusia. Manusia, mau sebaik apapun, pasti pernah mengecewakan kita.
Nabi pernah bilang, manusia pendendam akan masuk neraka. Manusia sabar itu pasti banyak dapet ridho Tuhannya...
Amin, terima kasih untuk semuanya yang udah ikut andil merapikan lagi kepingan-kepingan hati saya yang pecah berbulan lalu.
Sekarang saya bahagia dengan hidup saya saat ini. DAN saya gak mau memaksakan memulai hubungan baru dulu, hanya demi ego dan gengsi saya, ntar kalo hati saya pecah lagi, gimana? Emangnya bisa dilem pake super glue? hehehee
No comments:
Post a Comment