Pages

RASANYA JADI ORANG TUA TUNGGAL

Assalamualaikum.. Pagi semuanya.

Bangun tidur pagi ini, iseng saya buka foto'' lama, waktu kei masih bayi dan sebelum'' dan sesudah''nya sampe sekarang. 

Efeknya adalah: saya jadi mikir. Berpikir keras, lalu mulai bertanya sama diri sendiri kenapa sekarang alur cerita hidup saya (dan kei) jadi berbelok-belok, lalu saya sempat menyalahkan diri sendiri, untungnya tidak lama, karena setiap kali proses menyalahkan diri sendiri itu dateng saya selalu teringat dengan dua daftar yang saya buat dulu. Daftar apa? Ngga perlu saya ungkapkan disini karena toh blog ini kan untuk umum, tidak dipilah'' bagian''nya, jadi untuk yang satu itu biar saya aja yang tahu :)

Jadi orang tua tunggal ini jujur aja nggak gampang lho. Apalagi kalo misalnya saya ini orang bule, pasti lebih susah karena kan mereka kalo sudah punya keluarga dengan anak jadi biasanya nggak kembali ke orang tua masing'' lagi setelah berpisah dari mantan.
Bedanya karena saya orang Indonesia, ya jadinya saya diberikan lebih banyak kemudahan dan kenyamanan, alias keluarga yang selalu ada di belakang saya.

Setelah ujian hidup yang dinamakan perceraian, saya dihadapkan dengan kondisi tidak memiliki pekerjaan, dan tabungan. Karena cicilan apartemen dan listrik untuk rumah yang saya tempati (rumah mama yang dipinjamkan ke saya dan kei) harus dibayar juga kan. Nggak mungkin saya bisa membayar semua tagihan tersebut dengan pelukan dan ciuman dan ucapan terima kasih saja.

Satu bulan setelah menjadi pengangguran, akhirnya saya hanya bergantung pada job terjemahan yang kadang datang dan pergi, tapi memang alhamdulillah ada aja temen yang tiba'' ngasih kerjaan untuk menterjemahkan dokumen dari kenalan''nya. Keluarga saya yang paling banyak membantu urusan finansial ini.

Dan karena ini juga, saya jadi jauh lebih pintar mensortir kebutuhan. Yang dulunya kebutuhan kami seakan-akan penting semua, sekarang dibagi menjadi penting sekali, penting tapi belum dibutuhkan, tidak penting saat ini namun mungkin di masa depan perlu jadi nanti aja belinya, dan tidak dibutuhkan jadi jangan pernah dibeli.

Lalu ada juga penggantian bermacam produk yang kami pakai. Misalnya, dulu saya pakai produk perawatan tubuh merk A, tapi sekarang saya pindah ke merk ini karena Halal dan lebih terjnagkau. Dulu Kei kalo bisa pake semua produk bayi biar dia terus wangi dan bersih, namun sekarang Kei hanya memakai produk inti saja seperti sabun, shampo, dan sikat & pasta gigi.

Saya berusaha berpikir realistis aja. Kei dan saya masih bisa hidup kok berdua dengan kondisi seperti ini. Dan anak saya nggak pernah mengeluh juga, yang penting untuk dia kayaknya asalkan mamanya ada, perutnya kenyang, susunya ada, dan tidurnya sama mama. Begitu kali hehehe.

Jangan kira saya ngga mengalami fase mentok ke dasar, atau breakdown syndrome, ada pastinya. Tapi seperti yang saya jelasin tadi, keluarga saya bener'' mendukung dan membantu. Apalagi adek saya. Hampir tiap minggu dia yang akan sibuk kepingin ajak kei jalan'' atau sekedar makan''. Belum lagi, pemberian'' dari dia dan ipar saya yang gak terhitung jumlahnya. Sama sekali nggak membedakan sama anak sendiri dan keponakannya. Mama saya lebih ke mensupport finansial kami, karena mama bukan tipe orang yang pandai menunjukkan simpati dan empatinya dengan berbicara secara langsung, jadi mama saya itu lebih ke Action-nya. Dia berbuat banyak hal untuk ngebantu saya dan kei memulihkan diri.


Untuk para single moms atau dads, memang paling enak kalo bisa tetap mencari nafkah dan juga tidak menelantarkan anak. Pilihannya ya jadi wiraswasta atau menitipkan anak di orangtua atau daycare (pilihan ini jarang diambil karena orang Indo masih paranoid kalo nitip anak sama orang asing, dan fakta bahwa daycare itu mahal). Saya selama bekerja dulu berusaha untuk tidak berlama'' di kantor. Terakhir, jam kerja saya mulai daru jam 7 pagi 03.30 sore, Sabtu Minggu libur. Biasanya di hari kerja, tugas saya mengurus anak mulai dari sore hari sampai besok paginya sebelum berangkat ngantor. Sekarang, saat saya sedang ngerjain terjemahan, biasanya pas kei tidur atau saya titip ke mama barang 2-3 jam.

Kalo untuk urusan kei ketemu sama bapak kandungnya, itu bukan larangan. Selama inisiatif dateng dari bapaknya, saya oke saja. Namun, selama bapaknya tidak memulai inisiatif untuk sekedar bertemu atau menanyakan anaknya, saya tidak memaksa. Saya nggak akan memberi kabar tentang kei pada ayahnya kalo tidak ditanya, dan nggak akan menyusahkan dan meminta ayahnya hal-hal kepentingan kei kalo dia tidak bertanya lebih dulu. 
Ada banyak figur laki'' yang baik untuk anak kita kok. Kalo untuk Kei, dia bisa lihat dua adek saya yang selama ini amat memperhatikan dia. Kei juga ingat dengan Opa Opik, opa sepupunya yang bahkan jarang dia lihat, dan kakeknya yang di kebun jeruk. Saya rasa, kei tau bedanya antara Talking dan Action. Bicara dan Pembuktian. Dan tugas saya sebagai ibunya untuk mencari dan mendekatkan Kei dengan masih banyak figur laki'' hebat yang bisa dia lihat dan contoh. 
Saya yakin, dengan penuh keyakinan, bahwa kei dan saya bisa hidup normal dan bahagia dengan begini saja. Insya Allah, Allah akan mendengar doa'' kami :)

Kadang saya bisa begitu marah dan teriak dan maunya memaki kalo emosi lagi jelek dan ada orang berbuat hal konyol. Amat sangat saya usahakan untuk tidak memaki di depan anak. Walo kadang saya suka kebablasan teriak untuk hal'' kecil yang kei perbuat, seperti main bedak, menumpahkan air di kasur, lompat'' di atas ranjang, atau hanya karena meneguk air saat sikat gigi.

Terus saya juga merasa berat kalo misalkan mo pergi kemana gitu tapi ada tugas rumah yang belom kelar kaya cucian piring atau lantai belum dipel. Contohnya seperti minggu'' ini, karena sibuknya mempersiapkan lamaran PNS dan tetek bengeknya, saya suka keteteran merapikan tempat tidur atau sekedar siram tanaman. Harusnya saya sadar, kalo saya ngga bisa sempurna jadi ibu dan juga pengurus rumah tangga. Harus ada yang dikorbankan. 

Saat Kei baru melakukan sesuatu yang bagus ataupun membanggakan, saya langsung cerita ke mama, atau saat dulu masih punya akun twitter dan FB, pasti langsung update status. Tapi sekarang saya senyum'' sendiri, menyemangati diri sendiri. Saya cerita disini juga boleh ya.. Beberapa waktu lalu, saya dan Kei belanja ke Indomaret, saya sibuk mengambil barang, Kei juga sibuk milih'' coklat dan makanan kesukaannya dia. Saya lihat dari lorong sebelahnya, kei jalan deket seorang ibu, lalu dia bilang "Permisi" sambil ngelihat ibu'' itu. Saya langsung senyum'' dalam hati. Bangga rasanya anakku sopan begitu.

Atau waktu habis beli cappuccino cincau deket rumah, setelah bayar, dia bilang "Terima Kasih Ibu".. ohh, jadi terharu liatnya. Atau waktu dia nanya pas bangun tidur, "Mama, oma Adis mana?" Saya langsung menceritakan alasan yang bukan bohong. Saya bilang, "Oma Adis pulang ke rumahnya karena ada Om Kiki. Kalo om Kiki mau makan kan Oma Adis yang masak. Nanti Om kiki laper, ngga ada makanan."
Malemnya kei menanyakan hal yang sama, "Oma adis mana?". Saya bingung jawab apa, saya bilang "Oma adis pulang, capek." Anak saya ngomong lagi, "Ngga, oma adis masak ada om kiki." Hehehee, kei oh kei.. dia inget persis inti kalimat saya sebelumnya :p



Sepele terdengarnya, tapi kita harus yakin bahwa Tuhan nggak akan menguji makhluknya melebihi batas kemampuannya. Jadi saya tahu saya kuat setelah melewatinya. :) Semangat..



No comments:

Post a Comment